Rabu, 07 Mei 2008

PEMUDA DAN REFORMASI PENDIDIKAN BANGSA

Sejarah itu ada karena adanya pemuda, sejarah itu pun hidup karena hidupnya para pemuda. Hidup yang berarti bercahaya ruhaninya, mengakar pemikirannya, dan berkembang gerakannya. Kehidupan seperti ini disebut sebagai kehidupan yang integratif, yaitu kehidupan yang memiliki kepribadian utuh dalam gerakannya yang mencakup ketiga aspek diatas. Masyarakat pun sudah merasakan hasil kerja-kerja nyata para pemuda, terkhusus disini Mahasiswa. Termasuk pada masa reformasi saat ini bahwa masyarakat sudah berada pada kondisi bebas dalam berekspresi disetiap sektor kehidupannya tanpa ada tekanan, batasan, dan sekatan yang tidak seperti pada masa orde baru berkuasa.

Marilah kita sedikit berjalan-jalan melihat prestasi para pemuda dibeberapa negeri. Bila kita meneropong pergerakan pemuda di tanah Yunani misalnya yang dimotori oleh Mahasiswa, bahwa mereka berhasil meruntuhkan rezim otoriter. Dengan National Union of Greek Students sebagai wadah perjuangan Mahasiswa Yunani berhadapan dengan rezim tiran Papandreou. Mereka bergerak menuntut kebebasan, demokrasi, keadilan sosial dan penghormatan terhadap HAM (Hak Asasi Manusia). Rezim Papandreou merespon aksi Mahasiswa dengan represif, dan seorang Mahasiswa pun gugur menjadi pahlawan reformasi Yunani pada saat demonstrasi di Gedung Parlemen. Akhirnya dengan semangat perlawanan dan persaudaraan mampu menjatukan rezim Papandreou. Di Amerika latin pun diktator Batista berhasil ditumpas oleh tokoh muda revolusioner Che Guevara dan rezim Fidel Castro. Lalu di Turki pada tanggal 29 Mei 1960 para Mahasiswa berhasil menggulingkan Bapak Menderes yang korup dengan korban meninggal dunia sebanyak 20 Mahasiswa. Pada tahun yang sama juga Mahasiswa Korsel membuat sejarah dengan menurunkan rezim korup Dr. Syngman Rhee yang berkuasa selama 12 tahun. Dan masih banyak prestasi kaum muda lainnya di berbagai Negara yang tidak mungkin bisa semuanya di goreskan secara detail dikertas kecil ini. Termasuk juga gerakan Reformasi tahun 1998 di Jakarta yang menewaskan 4 orang reformis dari trisakti atas perlawanan represif rezim otoriter orde baru waktu itu, namun prestasi gemilang sudah digoreskan dilembar sejarah manusia akhir abad 20 itu dengan semangat reformasi seluruh Mahasiswa Indonesia yang berkumpul di gedung MPR RI mampu menyadarkan penguasa orde baru pada posisi finishing sebagai tiran yang telah berkuasa selama 32 tahun. Dunia pun menjadi saksi heroisme demonstran Mahasiswa yang memenuhi jalan-jalan di berbagai daerah.


Revitalisasi Peran Pemuda


Jika mengkaji secara cermat sejarah para nabi dan para pemimpin dunia masa lalu, maka hampir dipastikan kejayaan dan kemenangan mereka senantiasa terjadi dengan dukungan para pemuda. Demikian pula dalam sejarah kontemporer, pemuda dan Mahasiswa menorehkan tinta emas dalam momentum-momentum besar perjalanan bangsanya yang dicatat dalam sejarah. Pemuda merupakan warisan termahal milik bangsa ini. Dengan segala kemudaannya berada dalam puncak kekuatan manusia dalam berbagai aspek potensinya, yang pertama memiliki Potensi Spiritual, dimana ketika pemuda itu meyakini sesuatu, seorang pemuda dan Mahasiswa sejati akan memberi sesuatu apapun yang dia miliki dan dia sanggupi secara ikhlas tanpa mengharapkan pamrih apa pun. Mereka berjuang dengan sepenuh hati dan jiwa sesuai dengan kadar kemampuan yang dimiliki dan maksimalisasi setiap wacana implementatifnya.


Kedua, memiliki Potensi Intelektual yang memang posisinya berada dalam puncak kekuatan intelektualnya. Daya analisis yang kuat didukung dengan spesialisasi keilmuan yang dipelajari menjadikan kekritisan mereka berbasis Intelektual karena didukung pisau analisis yang tajam. Ketiga, memiliki Potensi Emosional dengan keberanian dan semangat yang senantiasa bertalu-talu dalam dada berjumpa dengan jiwa muda sang pemuda dan Mahasiswa. Kemauan yang keras dan senantiasa menggelora dalam dirinya mampu menular kedalam jiwa bangsanya, yang memang bahwa nadi dari sebuah negeri adalah berada pada pemudanya. Maka, jangan heran mereka pun seringkali menantang arus zaman dan mampu membelokkan arah sejarah sebuah bangsa. Keempat, memiliki Potensi Fisikal yng secara fisik pun mereka berada dalam puncak kekuatan dan diantara dua kelemahan yaitu kelemahan ketika bayi dan kelemahan ketika tua atau pikun. Dan pemuda berlepas diri dari dua kelemahan tersebut.


Keempat potensi tersebut merupakan potensi yang layak untuk direvitalisasi kondisinya. Potensi-potensi tersebut semakin langka untuk dijumpai dan semakin kecil saja ruang-ruang dalam pengokohannya. Karena suatu keniscayaan bahwa optimalisasi keempat potensi tersebut didalam diri setiap pemuda akan membawa reformasi nyata untuk negerinya. Dan perpaduan diantaranya sedang berada dalam puncak kekuatannya menjadikan para pemuda dan gerakan yang dibangunnya senantiasa diperhitungkan dalam keputusan-keputusan besar sebuah bangsa.


Sudah merupakan suatu keharusan akan peran-peran dan kebermanfaatan pemuda dan Mahasiswa terus direvitalisasi dan kembali disadari setiap saat. Bosan, jenuh dan malas merupakan penyakit paling berbahaya bagi seorang pemuda. Penyakit itu akan berefek besar bagi keberlangsungan akademik dan cita-citanya. Tidak sedikit para pemuda yang tidak bisa menjawab dengan tegas ketika ada pertanyaan yaitu setelah lulus belajarnya atau satu detik setelah lulus sidang skripsinya mau kemana engkau pergi? Mau dibawa kemana ijazahmu? Mau jadi buruh atau pemimpinkah? Mereka membisu tidak ada kalimat yang yakin untuk dijadikan jawaban. Karena ada sesuatu yang hilang dari peran dan fungsi para pewaris negeri ini secara mayoritas, yaitu peran Intelektual Akademisi yang contentnya memiliki cita-cita jelas yang didasari oleh keyakinan mereka untuk bersungguh-sungguh dan serakah untuk menguasai keilmuannya. Dengan hembusan nafas kencang hidup disebuah instansi pendidikan tertinggi dan memendam impian besar untuk negerinya dari kampus itu masih dianggap sebagai benteng moral bangsa yang obyektif dan ilmiah. Oleh karena itu, peran inilah yang harus menjadi prioritas utama dalam gerakannya untuk melahap keilmuan aplikatif yang ada didepan matanya serta memaksimalkan setiap kesempatan.


Berikutnya peran penting kedua yang juga menjadi gelar kehormatan tersendiri bagi pemuda dan Mahasiswa yaitu sebagai agent of change (agen perubah), bahkan dipercaya sebagai director of change (pengatur perubahan). Karena setiap perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat mereka sering menjadi pemicu dan pemacu serta inisiator strategis dalam bentuk teoritis maupun praktis. Contohnya adalah Mahasiswa menyusun sistem organisasi kemahasiswaan secara desentralisasi (otonomi), dikemudian hari negara pun memberlakukan sistem otonomi daerah. Yang lebih dahsyat lagi Mahasiswa menginisiasi pemilihan langsung Presiden Mahasiswa, dan kini Presiden Indonesia pun dipilih secara langsung oleh rakyat Indonesia.


Fungsi dan peran reformis berikutnya adalah sebagai iron stock (cadangan masa depan) yang dimana Mahasiswa merupakan calon-calon pemimpin masa depan. Mereka adalah kuncup yang perlu dipelihara supaya tumbuh berkualitas dan berkembang menjadi bunga-bunga bangsa. Karena baik buruknya sebuah bangsa tergantung kepada baik buruknya pemuda dan Mahasiswa saat ini. Banyak pemimpin yang sudah tidak becus lagi mengelola negeri ini dan sudak layak untuk berdiri dan keluar dari kursi dan kantor birokrasi agar segera digantikan oleh Mahasiswa berkepribadian konfrehensif. Karena bukan suatu lelucon kaum intelektual dipimpin oleh seorang perampok yang banyak merampas hak-hak rakyatnya. Dan seperti ini realitasnya di Indonesia serta menjadi PR bersama yang harus dituntaskan.


Hakikat Dasar Pendidikan


Dalam bahasa Inggris istilah pendidikan adalah education, dan dalam bahasa arab disebut Tarbiyah. Untuk memahami tujuan akhir pendidikan yang idealis dan rencana strategis untuk mewujudkannya perlu memahami dulu definisi dan hakikat pendidikan itu sendiri, sehingga diketahui pos-pos dimana pemuda dan Mahasiswa berkontribusi didalamnya. Dari berbagai referensi yang mendefinisikan pendidikan saya lebih sepakat dari pernyataan pakar pendidikan kontemporer dari timur tengah yaitu Abdurrahman Al-Bani karena lebih konfrehensif dan jelas. Bahwa pendidikan adalah menjaga, memelihara, mengembangkan bakat dan potensi sesuai dengan karakteristik anak didik serta mengarahkan seluruh potensinya samp[ai mencapai kebaikan dan kesempurnaan atau keutuhan sebagai manusia. Dari situ kita bisa mengamati ada pointer penting yang menjadi content dari makna pendidikan yaitu harapan adanya reformasi yang terjadi dari setiap diri anak didik dan sosialnya. Jadi merubah dan perubahan merupakan hakikat pendidikan, dimana merubah merupakan prosesnya dan perubahan adalah outputnya.


Para pakar mengidentikkan pendidikan dengan kemajuan dan perbaikan, oleh karena itu mereka memandang sebuah aktivitas kependidikan yang tidak membawa kemajuan dan perbaikan malah mungkin bertolak belakang, tidak dapat dikatakan pendidikan. Oleh karena itu kemajuan dan perbaikan individu dan sosial kemsyarakatan merupakan suatu keniscayaan bahwa bangsa ini pun menjadi Negara maju dan terus mengalami perbaikan tiap harinya.


Sesuai dengan konsep The Best Revolusioner Kehidupan yaitu Muhammad bin Abdullah mengatakan jika hari ini baik dari hari kemarin maka kemajuan dan kemenaganlah yang terjadi, tapi jika hari ini sama dengan hari kemarin maka kerugianlah yang terjadi, dan jika hari ini lebih jelek dari hari kemarin maka celakalah negeri ini. Penampakan yang terjadi justru semakin buruk saja kondisi kehidupan negeri ini disetiap sektornya, termasuk disektor pendidikan. Kita bisa melihat kenyataanya bahwa pengangguran yang terjadi di Indonesia ternyata banyak dicetak oleh SMA dan Perguruan Tinggi. Ada apa dengan pendidikan Indonesia? Kesalahan sistemkah atau orang-orang yang menjalankan sistem itu sendiri? Entahlah, yang pasti seperti itulah realitas yang terjadi. Kalau boleh jujur dan berani saya mengatakan kesalahannya ada disistem dan pada sebagian aktor pendidikan yang didalamnya ada pendidik dan peserta didik. Tapi lebih tepatnya bukan pendidik tapi pengajar. Termasuk dalam instansi pembelajaran bahwa tidak ada substansi pendidikan didalamnya tapi pengajaran. Karena hasil dari pembelajaran mayoritas tidak terdidik, walau pun wawasan keilmuannya ada tapi moral atau kepribadiannya hancur. Birokrasi yang korupsi sudah cukup menjadi contoh bahwa pembelajaran yang ada hanya teori saja yang didapat, sedangkan aspek perubahan dan perbaikan dirinya kosong. Gelar seseorang misalkan Doktor dan wawasan keilmuannya mumpuni, tapi kenapa dia korupsi? Karena moral dia tidak tersentuh dan tidak tereformasi dalam pembelajarannya. Orientasi pembelajaran kita lebih mengedepankan nilai nominal, sedangkan nilai kompetensi dalam penguasaan keilmuannya yang aplikatif itu ada yang hilang. Buktinya yang dikejar para Mahasiswa adalah nilai ujian atau IPK dan sukses dalam sidang, bukan penguasaan ilmu yang dikejar. Akhirnya banyak pengangguran setelah lulus, karena tidak bisa mengaplikasikan keilmuannya. Tapi ada juga output yang dihasilkan mampu mengaplikasikan keilmuannya, misalkan yang dari akuntansi mampu bekerja menjadi sekretaris perusahaan, atau yang dari hukum mampu bekerja di pemerintahan. Tapi kenapa dia yang bekerja sebagai sekretaris dan di kepemerintahan tidak sedikit yang korupsi! Hanya satu jawabannya, karena dia tidak terdidik. Dia hanya mendapatkan materi, tapi sisi spiritualnya tidak tersentuh.


Penutup


Kemajuan dan perbaikan juga merupakan suatu harapan besar dari setiap elemen pendidikan, tetapi problemnya ada di prosesnya bagaimana mewujudkan itu semua, karena sering juga dijumpai kesalahan.

Tidak ada komentar: