Rabu, 13 Agustus 2008

Artikel "Makna Kemerdekaan bagi rakyat"

MAKNA KEMERDEKAAN BAGI RAKYAT


63 tahun indonesia terlepas dari penjajahan negara asing. 63 tahun Indonesia membangun negri. 63 tahun Indonesia membangun perekonomian, politik dan pertahanan. Dan selama 63 tahun bahtera Negri ini enam kali berganti kepemimpinan. Lantas apa yang telah dihasilkan oleh Indonesia selama 63 tahun. Waktu 63 tahun bukanlah waktu yang singkat untuk sebuah negara untuk membangun negrinya. Apa makna 63 tahun kemerdekaan bagi rakyat indonesia. Apa artinya sebuah kemerdekaan bagi rakyat ketika harga bahan pokok semakin mahal. Apa artinya kemerdekaan bagi rakyat ketika tidak bisa menyekolahkan anaknya karena biaya pendidikan yang mahal. Dan apa artinya kemerdekaan bagi rakyat ketika mereka tidak bisa menemukan lapangan pekerjaan. Apakah gelar kemerdekaan yang didapat indonesia hanya sebuah nama tanpa ada arti yang bermakna bagi rakyat indonesia

senuah negara di wilayah Asia Tenggara yang katanya telah merdekaselama 63 tahun masih bergantung kepada negara-negara asing. Maka apa arti 63 tahun kemerdekaan bagi Indonesia ketika kebijakan-kebijakan baik dalam maupun luar negri masih dikendalikan oleh negara lain. Apakah ini arti dan makna kemerdekaan bagi Indonesia. Tidak sepatutnya negara yang bergelar negara merdeka masih dikendalikan oleh negara luar. Negara yang mempunyai gelar negara merdeka harus bebas dari kolonialisme dan imperialisme asing. Negara yang bebas mengeluarkan sikap politik dalam maupun luar negri, sekalipun negara yang mengaku negara adikuasa (amerika)

maka sekaranglah saatnya Indonesia merealisasikan makna dari sebuah kemerdekaan yang dikehendaki oleh rakyat. 63 tahun merdeka, 10 tahun Reformasi dan 100 tahun kebangkitan nasional harus menjadi momentum perubhan negri. Sehingga rakyat indonesia bisa merasakan arti dan makna dari kemerdekaan.

Bangkitlah Indonesia.......! Harapan Itu Masih Ada.......!


Minggu, 15 Juni 2008

Artikel "Tarik ulur kelompok kepentingan dan penekan"

TARIK ULUR KELOMPOK KEPENTINGAN DAN PENEKAN

Dunia politik senantiasa berhadapan dengan kelompok kepentingan dan kelompok penekan. Kelompok kepentingan yang senantiasa berkehendak memperoleh jabatan public. Terlihat dalam penyeleksian calon-calon partai yang selalu berusaha agar anggota-anggotanya terwakili dalam komisi-komisi pemerintahan. Kelompok kepentinagn Berkumbul didasarkan ikatan kepentingan yang sama dan akan menyalurkan kepentingan-kepentingannya. Kelompok kepentingan merupakan salah satu struktur (lembaga politik) dari system politik yang menjalankan fungsi artikulasi kepentingan (penyampaian tuntutan/ dukungan kepada pemerintah). Apabila tidak terdapat akses, biasanya suatu kelompok kepentingan dapat melakukan penekanan pada pemerintah agar tujuan, kepentingan dan keinginannya tercapai.

Kelompok penekan senantiasa menekan kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak sesuai dengan kehendak rakyat. Peranan kelompok penekan pada dasarnya membuka wacana pendewasaan politik. Pengendalian social (social control), pendidikan politik dan pembangunan kesadaran kepada masyarakat. Kelompok kepentingan untuk menyalurkan kepentingan-kepentingannya kandang kala menggunakan kelompok penekan. Kelompok penekan dikendalikan oleh kelompok kepentingan untuk melakukan penekanan-penekanan terhadap pemerintah. Sehingga seolah-olah penekanan yang dilakukan oleh kelompok penekan tidak ada unsur-unsur politis.

Realitas perpolitikan di Indonesia selalu di pengaruhi oleh kedua kelompok tersebut. Mulai dari Bangsa Indonesia merdeka, runtuhnya rezim orde lama, runtuhnya rezim orde baru, sampai lahirnya Reformasi. Awal mula bangsa Indonesia merdeka, para pendiri bangsa merumuskan dasar negara. Dalam perumusan dasar negara ada dua kelompok yang mempengaruhi penyusunan tersebut. Kelompok pertama dalam mengusulkan sila pertama dalam pencasila yaitu di masukkannya menegakkan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya. Sedangkan kelompok yang kedua menginginkan untuk dihapuskannya. Ini terjadi tarik ulur kepentingan mau dibawa kemana Bangsa Indonesia ini. Runtuhnya orde lama juga dipengaruhi oleh kepentingan PKI. PKI menggandeng soekarno untuk menyalurkan kepentingannya. Penekanan-penekanan pun lahir dari mahasiswa dengan adanya TRI TURA yang dilakukan oleh Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI). Tumbangnya orde baru dan lahirnya reformasi adanya kepentingan, baik dari pihak asing maupun para pejabat pemerintahan. Pejabatan pemerintahan banyak melakukan penyelewengan kekuasaan sehingga rakyat meresa ditekan dan dirugikan. Akhirnya penekanan-penekanan dilakukan oleh semua elemen masyarakat baik Mahasiswa, pemuda dan pelajar. Demonstrasi terjadi di setiap daerah dan memuncak di Ibu Kota yang mengakibatkan turunnya Presiden Soeharto. Maka lahirlah babak baru yang disebut dengan Reformasi.

Sepuluh tahun perjalanan reformasipun tidak bisa dilepaskan dari kelompok kepentingan dan kelompok penekan. Banyaknya tarik ulur kepentingan mengakibatkan lambatnya merealisasikan amanat reformasi. Kelompok penekan kadangkala dikalahkan oleh kelompok kepentingan. Penekanan-penekanan yang dilakukan terhadap kebijakan pemerintah kandas ditengah jalan. Seolah-olah pemerintah tidak peduli dengan tekanan yang dilakukan oleh rakyat. Pemilihan presiden dan kepala daerah secara langsung juga mewarnai Reformasi ini. Dalam pemilihan presiden dan kepala daerah secara langsung, banyak kelompok-kelompok kepentingan yang menggandeng para calon presiden atau calon kepala daerah dengan imbalan agar kepentinganya bisa terakomodir. Pengusaha banyak bermain dalam pesta demokrasi ini. Dana-dana calon presiden dan calon kepala daerah banyak didapatkan dari pengusaha. Belum lagi ditambah dari dukungan-dukungan dari kelompok-kelompok yang lain. Sehingga presiden dan kepala daerah banyak ditunggangi oleh kepentingan-kepentingan. Yang menjadi kekhawatiran jika kepentingan-kepentingan itu mengakibatkan kesengsaraan kepada rakyat miskin dan memberikan keuntungan pada orang kaya. Maka yang akan terjadi orang miskin semakin miskin dan yang kaya semakin kaya.

Apakah suatu pemerintah bersikap sesuai dengan yang diharapkan rakyat. Kenyataannya menunjukan bahwa anggota masyarakat melakukan protes terhadap pemerintah, karena tidak sesuai dengan aspirasi mereka. Maka pemerintah harus bisa peka terhadap pengaruh kelompok-kelompok kepentingan baik dari kelompok asing maupun kelompok dalam negri yang hanya menguntungkan pengusaha dan pejabat. Sehingga membiarkan rakyat miskin semakin miskin, rakyat miskin semakin tertindas dan rakyat miskin semakin tertekan oleh keadaan ekonomi yang sulit. Kelompok penekan harus terus melakukan penekanan-penekanan terhadap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang memang tidak pro terhadap rakyat miskin. Kelompok penekan harus berhati-hati terhadap pengaruh kelompok kepentingan yang memang hanya memangfaatkan kekuatan kelompok penekan. Mudah-mudahan penekanan-penekanan yang dilakukan bisa membuka telinga para pejabat sehingga pejabat bisa lebih pandai mendengar dari pada berbicara.

Senin, 02 Juni 2008

Artikel. "Menaikan BBM Bukan Solusi"

MENAIKAN BBM BUKAN SOLUSI

Meski dilematis, pemerintah akhirnya menaikan harga bahan baker minyak (BBM) bersubsidi. Kenaikan harga BBM dinyatakan pada tanggal 24 Mei 2008 pukul 00.00 WIB, dengan ketetapan harga premium dari Rp. 4.500 menjadi Rp. 6.000 per liter (33,3 %), solar dari Rp. 4.300 menjadi 5.500 per liter (27,9 %)dan minyak tanah dari Rp. 2.000 menjadi Rp. 2.500 per liter (25,0%). Sungguh dilematis, ketika kondisi perekonomian rakyat yang semakin sulit pemerintah malah menaikan harga BBM. Pertimbangan pemerintah menaikan harga BBM karena adanya peningkatan harga minyak dunia yang menyebabkan susbsidi menjadi sangat besar, sehingga memberatkan anggaran pendpatan dan belanja negara. Dengan meningkatkan harga BBM dunia yang telah mencapai lebih daei 120 dolar AS per barel, maka subsidi BBM dalam APBN meningkat menjadi Rp 265 triliun.

Beban APBN akibat kenaikan harga minyak dunia tidak bisa diselesaikan dengan menaikan harga BBM saja. Lebih dari itu, harus ada langkah konkret untuk mengurangi deficit anggaran yang kian besar pada tahun 2008. Pemerintah bisa melakukan penataan ulang pengelolaan sumber migas dan pertambangan, serta negosiasi ulang berbagai kontrak kerja sama pengelolaan sumber kekayaan alam yang kurang menguntugkan negara. Pemerintah jangan hanya meminta campur tangan PBB untuk mengatasi dampak dari gejolak minyak. Tetapi perlu ada pembenahan pengelolaan sumber daya di dalam negeri, khususnya kontrak pengelolaan kekayaan alam yang tidak memberikan manfaat besar bagi rakyat dan negara. Penataan ulang pengelolaan sumber kekayaan alam itu dinilainya lebih penting dari pada sekedar mendorong antisipasi dampak gejolak minyak, tanpa didasari langkah yang lebih berani dan komprehensif. Contohnya penggalian minyak di blok cepu oleh Exson Mobile, Indonesia mendapatkan 0% karena menurut menteri ESDM purnomo yusgiantoro, gas yang digali di blok cepu adalah gas beracun yang akan berbahaya bagi manusia.

Kebijakan pemerintah menaikan BBM berdampak besar bagi rakyat miskin. Rakyat miskin di Indonesai akan melonjak tajam menjadi sekitar 52 juta jiwa (25,4%) dari 36,6 juta jiwa (16,85%). Ini menunjukan dengan menaikan BBM berdampak besar bagi rakyat miskin. meskipun pemerintah membuat program Bantuan Langsung Tunai. Program BLT yang yang dilakukan oleh pemerintah pada tahun 2005 pun tidak bisa menyelesaikan kemiskinan di Indonesia. Dengan memberikan seratus ribu rupiah kepada rakyat tetapi rakyat harus menanggung kenaikan harga kebutuhan pokok yang begitu tinggi. Brogram BLT juga rawan terjadinya korupsi bagi aparatur pemerintahan di bawah baik RT, RW dan petugas Desa/kelurahan, ditambah lagi besarnya pengaruh konflik sesama warga.

Dengan adanya kenaikan harga minyak di dunia. Seharusnya bukan menarik kencang-kencang perut rakyat, tetapi yang harus ditarik kencang adalah para pejabat pemerintahan. Ketika APBN kita berat menanggung kenaikan minyak mentah. Seharusnya pemerintah lebih mengefesienkan anggran. Sekiranya anggaran itu tidak bermanfaat banyak bagi rakyat dan negara maka hapuskan dan alihkan untuk menambah anggaran subsidi BBM, bukannya mengurangi subsidi BBM dan menaikan harga BBM. Pemerintah hanya menginginkan lebih Instan dalam mengatasi melonjaknya minyak dunia. Tidak mau berfikir lebih dalam dan tidak mau bekerja keras dalam menyelesaikan masalah ini. Sebenarnya bukan satu-satunya jalan ketika alasan pemerintah APBN negara kita deficit dan lain sebaginya. Masih banyak yang harus dikerjakan oleh pemerintah dalam menanggulangi masalah tersebut. Seperti pemerintah berusaha menaikan produksi minyak mentah dan meningkatkan efesiensi cost recovery, efesiensi di pertamina dan PLN termasuk perbaikan manajemen Impor-Exspor minyak nasional, meninjau kembali standar penghitungan besaran subsidi, melakukan negosiasi dengan para kreditor untuk refinancing atau reprofling utang, menaikan sector perpajakan, dan program diversifikasi yang sudah lama dicanangkan disarankan untuk dipercepat, termasuk mempercepat konversi minyak tanah ke elpiji, konversi BBM ke batu bara di sekitar Industri, pengembangan biofuel (BBN) berbasis non pangan, serta optimalisasi energi panas bumi.

Sabtu, 10 Mei 2008

Bangkit

SAATNYA 10 TAHUN REFORMASI MENJADI MOMENTUM KEBANGKITAAN BANGSA

Rabu, 07 Mei 2008

PEMUDA DAN REFORMASI PENDIDIKAN BANGSA

Sejarah itu ada karena adanya pemuda, sejarah itu pun hidup karena hidupnya para pemuda. Hidup yang berarti bercahaya ruhaninya, mengakar pemikirannya, dan berkembang gerakannya. Kehidupan seperti ini disebut sebagai kehidupan yang integratif, yaitu kehidupan yang memiliki kepribadian utuh dalam gerakannya yang mencakup ketiga aspek diatas. Masyarakat pun sudah merasakan hasil kerja-kerja nyata para pemuda, terkhusus disini Mahasiswa. Termasuk pada masa reformasi saat ini bahwa masyarakat sudah berada pada kondisi bebas dalam berekspresi disetiap sektor kehidupannya tanpa ada tekanan, batasan, dan sekatan yang tidak seperti pada masa orde baru berkuasa.

Marilah kita sedikit berjalan-jalan melihat prestasi para pemuda dibeberapa negeri. Bila kita meneropong pergerakan pemuda di tanah Yunani misalnya yang dimotori oleh Mahasiswa, bahwa mereka berhasil meruntuhkan rezim otoriter. Dengan National Union of Greek Students sebagai wadah perjuangan Mahasiswa Yunani berhadapan dengan rezim tiran Papandreou. Mereka bergerak menuntut kebebasan, demokrasi, keadilan sosial dan penghormatan terhadap HAM (Hak Asasi Manusia). Rezim Papandreou merespon aksi Mahasiswa dengan represif, dan seorang Mahasiswa pun gugur menjadi pahlawan reformasi Yunani pada saat demonstrasi di Gedung Parlemen. Akhirnya dengan semangat perlawanan dan persaudaraan mampu menjatukan rezim Papandreou. Di Amerika latin pun diktator Batista berhasil ditumpas oleh tokoh muda revolusioner Che Guevara dan rezim Fidel Castro. Lalu di Turki pada tanggal 29 Mei 1960 para Mahasiswa berhasil menggulingkan Bapak Menderes yang korup dengan korban meninggal dunia sebanyak 20 Mahasiswa. Pada tahun yang sama juga Mahasiswa Korsel membuat sejarah dengan menurunkan rezim korup Dr. Syngman Rhee yang berkuasa selama 12 tahun. Dan masih banyak prestasi kaum muda lainnya di berbagai Negara yang tidak mungkin bisa semuanya di goreskan secara detail dikertas kecil ini. Termasuk juga gerakan Reformasi tahun 1998 di Jakarta yang menewaskan 4 orang reformis dari trisakti atas perlawanan represif rezim otoriter orde baru waktu itu, namun prestasi gemilang sudah digoreskan dilembar sejarah manusia akhir abad 20 itu dengan semangat reformasi seluruh Mahasiswa Indonesia yang berkumpul di gedung MPR RI mampu menyadarkan penguasa orde baru pada posisi finishing sebagai tiran yang telah berkuasa selama 32 tahun. Dunia pun menjadi saksi heroisme demonstran Mahasiswa yang memenuhi jalan-jalan di berbagai daerah.


Revitalisasi Peran Pemuda


Jika mengkaji secara cermat sejarah para nabi dan para pemimpin dunia masa lalu, maka hampir dipastikan kejayaan dan kemenangan mereka senantiasa terjadi dengan dukungan para pemuda. Demikian pula dalam sejarah kontemporer, pemuda dan Mahasiswa menorehkan tinta emas dalam momentum-momentum besar perjalanan bangsanya yang dicatat dalam sejarah. Pemuda merupakan warisan termahal milik bangsa ini. Dengan segala kemudaannya berada dalam puncak kekuatan manusia dalam berbagai aspek potensinya, yang pertama memiliki Potensi Spiritual, dimana ketika pemuda itu meyakini sesuatu, seorang pemuda dan Mahasiswa sejati akan memberi sesuatu apapun yang dia miliki dan dia sanggupi secara ikhlas tanpa mengharapkan pamrih apa pun. Mereka berjuang dengan sepenuh hati dan jiwa sesuai dengan kadar kemampuan yang dimiliki dan maksimalisasi setiap wacana implementatifnya.


Kedua, memiliki Potensi Intelektual yang memang posisinya berada dalam puncak kekuatan intelektualnya. Daya analisis yang kuat didukung dengan spesialisasi keilmuan yang dipelajari menjadikan kekritisan mereka berbasis Intelektual karena didukung pisau analisis yang tajam. Ketiga, memiliki Potensi Emosional dengan keberanian dan semangat yang senantiasa bertalu-talu dalam dada berjumpa dengan jiwa muda sang pemuda dan Mahasiswa. Kemauan yang keras dan senantiasa menggelora dalam dirinya mampu menular kedalam jiwa bangsanya, yang memang bahwa nadi dari sebuah negeri adalah berada pada pemudanya. Maka, jangan heran mereka pun seringkali menantang arus zaman dan mampu membelokkan arah sejarah sebuah bangsa. Keempat, memiliki Potensi Fisikal yng secara fisik pun mereka berada dalam puncak kekuatan dan diantara dua kelemahan yaitu kelemahan ketika bayi dan kelemahan ketika tua atau pikun. Dan pemuda berlepas diri dari dua kelemahan tersebut.


Keempat potensi tersebut merupakan potensi yang layak untuk direvitalisasi kondisinya. Potensi-potensi tersebut semakin langka untuk dijumpai dan semakin kecil saja ruang-ruang dalam pengokohannya. Karena suatu keniscayaan bahwa optimalisasi keempat potensi tersebut didalam diri setiap pemuda akan membawa reformasi nyata untuk negerinya. Dan perpaduan diantaranya sedang berada dalam puncak kekuatannya menjadikan para pemuda dan gerakan yang dibangunnya senantiasa diperhitungkan dalam keputusan-keputusan besar sebuah bangsa.


Sudah merupakan suatu keharusan akan peran-peran dan kebermanfaatan pemuda dan Mahasiswa terus direvitalisasi dan kembali disadari setiap saat. Bosan, jenuh dan malas merupakan penyakit paling berbahaya bagi seorang pemuda. Penyakit itu akan berefek besar bagi keberlangsungan akademik dan cita-citanya. Tidak sedikit para pemuda yang tidak bisa menjawab dengan tegas ketika ada pertanyaan yaitu setelah lulus belajarnya atau satu detik setelah lulus sidang skripsinya mau kemana engkau pergi? Mau dibawa kemana ijazahmu? Mau jadi buruh atau pemimpinkah? Mereka membisu tidak ada kalimat yang yakin untuk dijadikan jawaban. Karena ada sesuatu yang hilang dari peran dan fungsi para pewaris negeri ini secara mayoritas, yaitu peran Intelektual Akademisi yang contentnya memiliki cita-cita jelas yang didasari oleh keyakinan mereka untuk bersungguh-sungguh dan serakah untuk menguasai keilmuannya. Dengan hembusan nafas kencang hidup disebuah instansi pendidikan tertinggi dan memendam impian besar untuk negerinya dari kampus itu masih dianggap sebagai benteng moral bangsa yang obyektif dan ilmiah. Oleh karena itu, peran inilah yang harus menjadi prioritas utama dalam gerakannya untuk melahap keilmuan aplikatif yang ada didepan matanya serta memaksimalkan setiap kesempatan.


Berikutnya peran penting kedua yang juga menjadi gelar kehormatan tersendiri bagi pemuda dan Mahasiswa yaitu sebagai agent of change (agen perubah), bahkan dipercaya sebagai director of change (pengatur perubahan). Karena setiap perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat mereka sering menjadi pemicu dan pemacu serta inisiator strategis dalam bentuk teoritis maupun praktis. Contohnya adalah Mahasiswa menyusun sistem organisasi kemahasiswaan secara desentralisasi (otonomi), dikemudian hari negara pun memberlakukan sistem otonomi daerah. Yang lebih dahsyat lagi Mahasiswa menginisiasi pemilihan langsung Presiden Mahasiswa, dan kini Presiden Indonesia pun dipilih secara langsung oleh rakyat Indonesia.


Fungsi dan peran reformis berikutnya adalah sebagai iron stock (cadangan masa depan) yang dimana Mahasiswa merupakan calon-calon pemimpin masa depan. Mereka adalah kuncup yang perlu dipelihara supaya tumbuh berkualitas dan berkembang menjadi bunga-bunga bangsa. Karena baik buruknya sebuah bangsa tergantung kepada baik buruknya pemuda dan Mahasiswa saat ini. Banyak pemimpin yang sudah tidak becus lagi mengelola negeri ini dan sudak layak untuk berdiri dan keluar dari kursi dan kantor birokrasi agar segera digantikan oleh Mahasiswa berkepribadian konfrehensif. Karena bukan suatu lelucon kaum intelektual dipimpin oleh seorang perampok yang banyak merampas hak-hak rakyatnya. Dan seperti ini realitasnya di Indonesia serta menjadi PR bersama yang harus dituntaskan.


Hakikat Dasar Pendidikan


Dalam bahasa Inggris istilah pendidikan adalah education, dan dalam bahasa arab disebut Tarbiyah. Untuk memahami tujuan akhir pendidikan yang idealis dan rencana strategis untuk mewujudkannya perlu memahami dulu definisi dan hakikat pendidikan itu sendiri, sehingga diketahui pos-pos dimana pemuda dan Mahasiswa berkontribusi didalamnya. Dari berbagai referensi yang mendefinisikan pendidikan saya lebih sepakat dari pernyataan pakar pendidikan kontemporer dari timur tengah yaitu Abdurrahman Al-Bani karena lebih konfrehensif dan jelas. Bahwa pendidikan adalah menjaga, memelihara, mengembangkan bakat dan potensi sesuai dengan karakteristik anak didik serta mengarahkan seluruh potensinya samp[ai mencapai kebaikan dan kesempurnaan atau keutuhan sebagai manusia. Dari situ kita bisa mengamati ada pointer penting yang menjadi content dari makna pendidikan yaitu harapan adanya reformasi yang terjadi dari setiap diri anak didik dan sosialnya. Jadi merubah dan perubahan merupakan hakikat pendidikan, dimana merubah merupakan prosesnya dan perubahan adalah outputnya.


Para pakar mengidentikkan pendidikan dengan kemajuan dan perbaikan, oleh karena itu mereka memandang sebuah aktivitas kependidikan yang tidak membawa kemajuan dan perbaikan malah mungkin bertolak belakang, tidak dapat dikatakan pendidikan. Oleh karena itu kemajuan dan perbaikan individu dan sosial kemsyarakatan merupakan suatu keniscayaan bahwa bangsa ini pun menjadi Negara maju dan terus mengalami perbaikan tiap harinya.


Sesuai dengan konsep The Best Revolusioner Kehidupan yaitu Muhammad bin Abdullah mengatakan jika hari ini baik dari hari kemarin maka kemajuan dan kemenaganlah yang terjadi, tapi jika hari ini sama dengan hari kemarin maka kerugianlah yang terjadi, dan jika hari ini lebih jelek dari hari kemarin maka celakalah negeri ini. Penampakan yang terjadi justru semakin buruk saja kondisi kehidupan negeri ini disetiap sektornya, termasuk disektor pendidikan. Kita bisa melihat kenyataanya bahwa pengangguran yang terjadi di Indonesia ternyata banyak dicetak oleh SMA dan Perguruan Tinggi. Ada apa dengan pendidikan Indonesia? Kesalahan sistemkah atau orang-orang yang menjalankan sistem itu sendiri? Entahlah, yang pasti seperti itulah realitas yang terjadi. Kalau boleh jujur dan berani saya mengatakan kesalahannya ada disistem dan pada sebagian aktor pendidikan yang didalamnya ada pendidik dan peserta didik. Tapi lebih tepatnya bukan pendidik tapi pengajar. Termasuk dalam instansi pembelajaran bahwa tidak ada substansi pendidikan didalamnya tapi pengajaran. Karena hasil dari pembelajaran mayoritas tidak terdidik, walau pun wawasan keilmuannya ada tapi moral atau kepribadiannya hancur. Birokrasi yang korupsi sudah cukup menjadi contoh bahwa pembelajaran yang ada hanya teori saja yang didapat, sedangkan aspek perubahan dan perbaikan dirinya kosong. Gelar seseorang misalkan Doktor dan wawasan keilmuannya mumpuni, tapi kenapa dia korupsi? Karena moral dia tidak tersentuh dan tidak tereformasi dalam pembelajarannya. Orientasi pembelajaran kita lebih mengedepankan nilai nominal, sedangkan nilai kompetensi dalam penguasaan keilmuannya yang aplikatif itu ada yang hilang. Buktinya yang dikejar para Mahasiswa adalah nilai ujian atau IPK dan sukses dalam sidang, bukan penguasaan ilmu yang dikejar. Akhirnya banyak pengangguran setelah lulus, karena tidak bisa mengaplikasikan keilmuannya. Tapi ada juga output yang dihasilkan mampu mengaplikasikan keilmuannya, misalkan yang dari akuntansi mampu bekerja menjadi sekretaris perusahaan, atau yang dari hukum mampu bekerja di pemerintahan. Tapi kenapa dia yang bekerja sebagai sekretaris dan di kepemerintahan tidak sedikit yang korupsi! Hanya satu jawabannya, karena dia tidak terdidik. Dia hanya mendapatkan materi, tapi sisi spiritualnya tidak tersentuh.


Penutup


Kemajuan dan perbaikan juga merupakan suatu harapan besar dari setiap elemen pendidikan, tetapi problemnya ada di prosesnya bagaimana mewujudkan itu semua, karena sering juga dijumpai kesalahan.

BANGKITKAN PENDIDIKANKU,BANGKITKAN INDONESIAKU......!!!!!

Penyuguhan agenda ‘ceremonial’ pada moment-moment tertentu memang sering kita lihat di negeri ini, termasuk juga pada moment-moment di ranah pendidikan yang merupakan suatu ranah yang paling urgent dalam memajukan sebuah tatanan kehidupan atau dalam skala globalnya dapat kita katakan dalam membangun sebuah peradaban.

Setiap tanggal 2 Mei, begitu juga 2 Mei di tahun ini, kita bisa melihat begitu banyak perayaan-perayaan mengenai moment di tanggal tersebut, moment Hari Pendidikan Nasional. Ada apel bendera, seminar, dan berbagai macam aksi yang kesemuanya itu dilakukan dalam rangka perayaan hari pendidikan nasional tersebut. Apakah ini kebetulan atau tidak? Terlepas benar atau salah, tapi setidaknya penulis menganalisa memang seperti inilah negeri ini, semuanya hanya terkesan dan menampilkan yang Wahnya saja namun realita bagaimana kondisi pendidikan di negeri ini dapat kita rasakan sendiri.

Salah satu hal mengapa dikatakan demikian adalah dengan masih belum terealisasinya hal yang telah diamanatkan kepada pengambil kebijakan di negeri ini yakni mengenai anggaran pendidikan. Seperti sebagaimana yang diaktakan bahwa Pemerintah menganggarkan untuk sektor pendidikan minimal 20% dari APBN dan APBD yang ada. Fsakta sampai pada tahun ini justru berkata lain, pemerintah baik pusat maupun daerah masih terkesan mengulur-ulurkan waktu daslam merealisasikannya. Kita bisa melihat, di Pusat saja realisasi anggaran pendidikan pada tahun lalu hanya sebesar 11,8 %. Wajar saja kalau Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan bahwa APBN 2006 dan 2007 melanggar konstitusi. Namun keputusan itu tidak membuat getar pengambil kebijakan negeri ini, hal ini terlihat dengan alokasi pada APBN 2008 yang telah disahkan pada Rapat Paripurna DPR pada tanggal 9 Oktober lalu hanya menetapkan alokasi anggaran pendidikan hanya 12 persen.

Hal ini bukanlah kejadian yang baru. Sejarah mencatat pengabaian juga terjadi terhadap keputusan raker yang telah disepakati antara Komisi X DPR RI dengan tujuh Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, yaitu Menko Kesra, Mendiknas, Menteri Dalam Negeri, Menteri Pendayagunaan dan Aparatur Negara (Menpan), Menteri PPN/Ketua Bappenas, Menteri Agama, dan Menteri Keuangan pada 4 Juli 2005 lalu telah menyepakati kenaikan anggaran pendidikan adalah 6,6% pada 2004, menjadi 9,3% (2005), menjadi 12% (2006), menjadi 14,7% (2007), menjadi 17,4 % (2008), dan terakhir 20,1% (2009). Sementara realisasinya, tahun 2004 anggaran pendidikan masih sekitar 5,5% dari APBN atau seminar Rp20,5 triliun. Dan meningkat menjadi Rp 24,6 tiriliun pada 2005. Pada tahun 2006 pemerintah hanya mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar 9,7 persen dan dalam APBN 2007 anggaran untuk sektor pendidikan hanya sebesar 11,8 persen, Dan APBN 2008 hanya mengalokasikan 12%, nilai ini setara dengan Rp61,4 triliun dari total nilai anggaran Rp854,6 triliun.

Dan tentunya hal ini ’diamini’ oleh daerah-daerah, sehingga terlihatlah bahwa hampir tidak ada daerah yang menjalankan amanat rakyat ini. Pantas sajalah kalau pemerintah hari ini dianggap melanggar konstitusi, ingkar janji! Seharusnya dan jika memang mempunyai niat yang baik, maka hal yang pertama dilakukan dalam menyusun anggaran tersebut adalah dengan menyisihkan alokasi yang telah ditetapkan pada sektor pendidikan kemudian baru dibagikan pada sektor-sektor lain sesuai dengan kebutuhan.

Sekali lagi, pendidikan di negeri ini memang masih dilalaikan! Padahal sejak dahulu Palato pernah mengatakan bahwa pendidikan merupakan kewajiban dan panggilan yang harus diselnggarakan negara dan oleh sebab itu tidak boleh dilalaikan begitu saja. Ini artinya ada pesan yang telah diamanatkan sejak zaman dahulu kala bahwa pendidikan memang sebuah tanggung jawab pemerintah dalam usaha memajukan pendidikan dan tugas ini tidak boleh diabaikan begitu saja. Tentunya hal ini harus diiringi dengan upaya yang menyeluruh kepada seluruh komponen bangsa mengenai akan pentingnya pendidikan. Selanjutnya, secara konsep agama, kewajiban yang tidak dilaksanakan akan mempunyai konsekuensi dosa. Jadi berdosakah pemerintah hari ini?

Kita memang tidak bisa menutup mata bahwa masih ada individu ataupun segolongan orang yang masih bisa mengharumkan nama Indonesia melalui pendidikan. Ditataran sejarah kita masih mempunyai guru bangsa yang cukup berprestasi di mata dunia. Sementara itu untuk kompetisi-kompetisi keilmuan tingkat dunia, bendera Indonesia masih bisa berkibar. Katanlah pata tahun 2006 tim olimpiade fisika Indonesia dapat memenangkan kompetisi bergengsi tersebut dengan predikat prestesius dimana salah seorang pesertanya meraih prediakat absolute winner, untuk tahun ini masih di ajang dunia, yaitu APHO IX yang diadakan di Mongolia pada 20-28 April silam. Tim Indonesia berhasil meraih emas terbanyak dibawah cina dan masuknya salah satu pesertanya sebagai peraih nilai tertinggi. Luar biasa bukan? Namun sudah cukup puaskah pemerintah dengan hal ini? Jawabannya tentu tidak. Berbanggga boleh saja, namun jangan rasa kebanggaan itu yang terus di ’pamer’kan dan melupakan kekurangan-kekurangan yang lebih mendominasi dari keberhasilan yang didapatkan oleh pemerintah sampai detik ini terhadap dunia pendidikan Indonesia.

Awan Kelam...
Fakta sampai hari ini masih menunjukkan pendidikan Indonesia masaih dalam suasana berduka. Dari data International Education Achievement (IEA), diaktakan bahwa untuk kemampuan membaca tingkat SD indonesia masuk dalam urutan 38 dari 39 negara yang distudikan. Untuk kemampuan IPA tingkat SMP, Indonesia masuk urutan 39 dari 42 negara dan untuk bidang Ilmu Pengetahuan Alam, negeri yang sering dilanda bencana ini mendapatkan urutan 40 dari 42 negara.

Menurut Badan Pusat Statistik dan Departemen Pendidikan Nasional, tahun 2007 ini tercatat warga buta aksara mencapai 18,1 juta orang dan sekitar 4,35 juta diantaranya tergolong usia produktif (15-44 tahun). Sementara, yang di atas 44 tahun terdapat 13,4 juta orang. Yang tragisnya dari semua yang buta aksara tersebut sebanyak 70 persen adalah perempuan. Bisa diduga angka-angka ini berpengaruh terhadap peringkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia.
Seperti diungkap Wikipidia (25 Desember 2007), pada tahun 2005, Indonesia menempati urutan 110 dari 177 negara, dengan indeks 0.697, turun dari posisi sebelumnya di urutan 102 dengan indeks 0.677 pada tahun 1999. Posisi ini cukup jauh dibandingkan negara-negara tetangganya, seperti Malaysia dengan urutan 61, Thailand dengan urutan 73, Filipina dengan urutan 84 dan Vietnam dengan urutan 108.Pada tahun 2006. Pada tahun 2007 angka IPM Indonesia berada pada 0.728. sehingga laporan yang dikeluarkan oleh oleh UNDP pada 27 November 2007 ini menempatkan Indonesia berada pada peringkat 108. padahal batasan untuk klasifikasi negara maju adalah nilai IPM diatas 0.800.
Inilah beberapa catatan yang menunjukkan suasana duka wajah pendidikan di negeri ini. Suasana yang menunjukkan masih diabaikannya sektor pendidikan. Padahal pendidikan merupakan panglima pembangunan, jadi jangan pernah berharap negeri ini maju jika pendidikannya masih dipandang sebelah mata.

Masih ingatkan kita ketika negara Jepang kalah dalam perang dunia II ditahun 1945? Tahun dimana terdapat dua perbedaan yang mendasar antara Indonesia dan negara itu. Indonesia berada dalam suasana suka karena tahun itu adalah tahun dimana Indonesia memproklamirkan kemerdekaanya. Sementara Jepang berada dalam suasana luluh lantak dan berduka akibat negaranya dibombardir. Tapi apakah yang dilakukan kaisar Jepang pada waktu itu? Sang kaisar hanya bertanya ’Berapakah jumlah giru yang masih hidup?’ Sebuah pertanyaan yang mengisaratkan bahwa hal yang utama harus dilakukan adalah dengan membangun faktor Sumber Daya Manusianya dan tentunya dengan pola pendidikan yang efektif, holistik dan berkesinambungan. Dan hal ini terbukti saat ini negara mereka berhasil menguasai perekonomian dunia dan dari indek pembangunan manusia jepang masuk pada 10 besar dunia saat jauh dari Indonesia. Pastinya kita bertanya-tanya apakah sebenarnya yang diperioritaskan bangsa Indonesia pada cacatan agendanya ketika kemerdekaan diraih.

Sekedar Solusi Alternatif
Penulsi katakan sekedar solusi alternatif karna penulis sangat yakin kalau para pembuat kebijakan bangsa ini telah mempunyai berbagai macam dan beragam rencana-rencana kerja dalam usaha memajukan pendidikan khsusnya dan kemajuan bangsa ini secara umumnya.

Untuk itu ada beberapa solusi alternatif yang penulis tawarkan agar bagaimaan nantinya bangsa ini benar-benar menjadi sebuah bangsa yang bermarwah, dan bukan suatu hal yang mustahil nantinya mampu menjadi kiblat dunia karna dengan pendidikannya benar-benar efektif dan mempunyai misi yang sesuai dengan fitrah manusia dan dijalankan sesuai dengan hati nurani bukan sekedar memperturutkan hawa nafsu.

Pertama, yakinlan bahwa pengambil kebijakan baik ditingkat pusat maupun daerah atau yang berada pada lembaga eksekutif ataupun legislatif benar-benar memahami tugas mereka. Ini dikatakan karena sampai hari ini kita bisa melihat masih adanya wilayah-wilayah pada tatanan pendidikan -ataupun yang lainnya- dinakhodai oleh orang-orang yang justru bukan mempunyai basic skill ataupun spesialsiasi keahlian dibidang pendidiakan. Tanpa perlu mengatakan studi kasus yang ada, pastinya dengan tragedi semacam ini sudah menunjuukkan adanya indikasi bahwa pendidikan di negeri ini masih diabaikan dan keinginan untuk memajukannya belum diusahakan dan direncanakan dengan semaksimal mungkin. Artinya jika pada tahapan perencanaanya saja belum maksimal, maka jangan pernah bermimpi indah jika hasil yang akan dicapai mempunyai kualitas yang dapat diandalkan.

Seharusnya pemimpin yang mempunyai otoritas dalam menempatkan para pendampingnya haruslah menilai dari segi keprofesionalan kerja dan obejktifitas yang ada bukan kemudian hanya berdasarkan pada kekuatan lobby, kedekatan, ataupun deal-deal politik yang bersifat politis semata. Jika hal ini dijadikan referensinya maka keberhasilan yang diraih oleh masa lalu tidak lebih hanya sebatas pengawalan sampai akhir masa jabatan kerja saja, namun dalam tataran kemajuan masih dipertanyakan, bukan sekedear stagnan malah bisa jadi mundur kebelakang.

Kedua, yakinkan bahwa kita Indonesia. Kualitas pendidikan kita memang masih jauh dari standar yang diharapkan. Bersdarkan data Times Higher Education Supplement (THES), akreditor pendidikan tinggi yang berbasis di London, menunjukkan bahwa di tahun 2007 terjadi penurunan yang cukup berarti dialami oleh kampus-kampus Indonesia. UGM turun ke peringkat 360, ITB merosot ke urutan 369, sementara UI berada di posisi 395 yang sebelumnya sangat berprestasi dengan mendapatkan urutan di posisi 250, dan Undip akhirnya terlempar dari 500 besar dunia yang tahun sebelumnya sempat bertengger di posisi 495. Inilah sebuah bayangan hitam yang menghantui calon-calon intelektual di Indonesia, kalau di daerah, mereka justru berbangga jika mampu untuk kuliah di jawa yang memang pada umunya perguruan tinggi terbaik di Indonesia tersebar di Jawa dan bahkan lebih berbangga lagi jika mampu untuk kuliah di luar negeri.

Jika hal ini berjalan terus menerus, memang tidak dapat dipungkiri bahwa orang-orang Indonesia akan mempunyai kapasitas intelektual yang tinggi akan tetapi rasa percaya diri mereka justru makin menurun. Mereka sudah tidak bangga lagi dengan guru dan bangsanya sendiri, bahkan lebih parahnya lagi adalah semakin lunturnya nilai-nilai budaya yang dimiliki.

Oleh karena itu, harus ada keyakinan dari anak-anak bangsa ini terhadap kebangkitan bangsanya. Paling tidak ada beberapa hal yang menurut penulis harus dilakukan dalam menyelesaikan persoalan ini. Pertama, adalah dengan meminta para pejabat-pejabat daerah untuk tetap meyekolahkan anak dan saudaranya didaerahnya. Begitu juga untuk pejabat yang duduk di pemerintahan pusat. Saya sangat yakin jika hal ini dilakukan maka akan ada usaha yang lebih serius dari pihak terkait dalam memajukan pendidikan di daerahnya. Bahkan pasti tidak akan banyak menunggu waktu dalam merealisasikannya. Namun hari ini justru terjadi adalah yang sebaliknya. Pemerintah lebih semangat memajukan sektor lainnya, bahkan lebih terkesan semangat dalam mensukseskan figur yang menjadi model atau ajang idola dan yang sejenisnyua ketimbang putra putri daerah yang telah berhasil dalam kompetisi keilmuan. Kedua, masih beraktian dengan para pejabat, yaitu meminta untuk memasukkan anak-anaknya ke lembaga-lembaga yang menghasilkan pendidik, seperti fakultas pendidikan. Selintas memang terlihat konyol dan pasti minat akan menjadi sebuah alasan.

Minat bukan sekedar hadir akan tetapi yang terpenting adalah bagaimana menghadirkan atau bagaimana membuat orang jadi berminat. Inilah yang harus menjadi paradigma berpikir sekarang. Bagaimana kita menjadikan lembaga tempat ’penggodokan’ calon pendidik tersebut mejadi pilihan utama,.mempunyai fasilitas yang lengkap dan modern sehingga nantinya mempunyai kualitas yang bisa diandalkan. Hal ini tentunya harus dimulai dari pemimpin-pemimpin terlebih dahulu. Kita mengharapkan para pemimpin-pemimpin daerah tersebut untuk mestudikan anak dan saudaranya di lembaga pendidikan ini. Jika hal ini telah dilakukan dengan penuh keyakinan maka akan kita dapatkan lembaga ini akan mampu menjadi minat anak-anak yang berprestasi dan minat anak-anak birokrat. Walau beberapa tahun terakhir ini, keinginan untuk kuliah di fakultas keguran dan pendidikan sudah menjadi pilihan faforit, tapi yang kita inginkan tentunya lebih dari sekedar ini semua. Karena selama ini adanya stigma bahwa lembaga pendidikan keguran hanya merupakan ’tempat penampungan dan piliha terakhir.’ Selanjutnya hal yang pailng penting adalah bahwa dari rahim yang seperti ini akan dilahirkannya guru-guru yang berkulitas, guru yang tidak hanya mengajarar namun juga mempunyai jiwa pendidik dan panutan yang dapat dibanggakan.

Ketiga, komitmen dan kebersamaan. Visi tanpa aksi sama artinya dengan mimpi. Mungkin inilah kalimat yang cocok disaat kita hanya mampu untuk merancang berbagai macam visi plus misi dan berbagai macam strategi, namun nol besar dalam tataran aplikasinya. Komitman, inilah kata kuncinya. Rasa komitmenlah yang harus dibangun dalam merealisasikan apa yang telah ditetapkan, karena dengan komitmen ini akan menujukkan jiwa-jiwa yang bertanggung jawab. Selanjutnya rasa kebersamaanlah yang harus dimunculkan dalam merealisasikan apa yang telah ditargetkan. Bukan malah saling mencaci dan menjatuhkan.

Sedikit mengambil kata bijak yang diungkapkan oleh Walterlinn ’betapa banyak yang dapat kita lakukan jika kita mau, dan betapa sedikit yang dapat kita lakukan jika kita tidak mau melakukannya’ Semoga kita selalu mencari lasan untuk memajukan pendidikan ini, bukan sebaliknya. Hingga akhirnya kita akan mendapati bahwa mimpi indah itu bukanlah mimpi lagi tapi ia adalah sebuah kenyataan. Sekali lagi...hanya kareana pendidikannya, So... bangkitkan pendidikan ku, bangkitlah Indonesiaku!!!